Desa Batubulan, Gianyar - Bali

Kabupaten Gianyar merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Pulau Bali yang memiliki daya tarik kesenian yang unik. Satu diantara sentra kesenian di kabupaten ini terletak di Desa Wisata Batubulan yang mempunyai pusat-pusat kesenian patung dan ukiran yang cukup terkenal di kalangan turis domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Bali. Desa wisata ini juga dikenal sebagai tempat penyelenggaraan berbagai seni pertunjukan khas Bali, seperti Tari Kecak, Tari Barong, serta Tari Legong. Desa Batubulan adalah bagian wilayah administratif Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali, Indonesia. Desa Batubulan memiliki luas sekitar 6.422 km2. Desa Batubulan merupakan desa wisata seni budaya yang unik karena sebagian besar penduduknya memiliki keahlian membuat patung dan ukiran, maka tidak heran jika di sepanjang jalan desa Batubulan terdapat berbagai galeri dan toko kesenian (art shop) yang menjual karya seni maupun kerajinan. Kemampuan tersebut diwariskan secara turun temurun dan tetap berkembang hingga sekarang.


Nama desa Batubulan berasal dari temuan sebuah "batu" yang bercahaya seperti "bulan", sehingga desa ini dinamakan "Batubulan". Berdasarkan salah satu sumber babad menyebutkan, pada sekitar abad ke-17 di kerajaan Gelgel terjadi pemberontakan I Gusti Agung Maruti. Semasa pemberontakan itu terjadi, seorang pengendara kuda memungut seorang anak yang kemudian dibesarkan di bawah asuhan I Gusti Ngurah Bija dari Penatih dan I Gusti Ngurah Jambe Pule dari kerajaan Badung. Pada saat itu, raja Badung menginginkan anak pungut itu dimasukkan ke dalam keranjang (kalesan) yang kemudian anak tersebut diberi nama Dewa Agung Kalesan. Sesungguhnya anak tersebut adalah anak dari keluarga keturunan Dalem Sagening. Setelah anak itu sudah menjadi dewasa dan atas kebaikan hati raja Badung menyuruh Dewa Agung Kalesan membangun sebuah istana di hutan yang berada di sebelah timur dari kerajaan Badung dengan sejumlah pengikut. Pada saat perambasan hutan tersebut Dewa Agung Kalesan melihat sebuah batu yang bercahaya seperti bulan sehingga tempat tersebut oleh Dewa Agung Kalesan diberi nama Batubulan. Di tempat ini pula Dewa Agung Kalesan beserta pengikutnya menetap untuk memegang pemerintahan serta memperluas kekuasaannya hingga ke Batu Yang dan Batu Aji, wilayah yang berada di sebelah timur Batubulan. Hingga saat ini batu yang bercahaya seperti bulan tersebut disimpan di Merajan Agung Puri Batubulan.

Sebagai sebuah wilayah administratif, Desa Batubulan terbagi ke dalam tiga desa adat, antara lain: Desa Adat Tegaltamu, Desa Adat Jero Kuta, dan Desa Adat Dlod Tukat. Tiap desa adat tersebut masih terbagi lagi ke dalam beberapa banjar. Desa ini juga memiliki lokasi tetap untuk pertunjukan kesenian yang khusus disajikan untuk wisatawan, antara lain di Banjar Dejalan, Pura Puseh, Jalan Tahak SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia), serta di Banjar Tagehe. Pertunjukan seni meliputi Tari Barong, Tari Kecak, dan Tari Legong. Untuk Tari Barong, pertunjukan biasanya diadakan setiap hari, yaitu dimulai pada pukul 09.30 WITA, sementara untuk Tari Kecak dipentaskan pada pukul 18.30 WITA. Desa Batubulan pada awalnya terkenal sebagai suatu desa agraris yang kaya akan kesenian termasuk senia tari dan seni ukiran. Struktur masyarakat dan kebudayaan agraris yang dijiwai oleh agama Hindu menjadi dasar dari kehidupan masyarakatnya. Citra Batubulan sebagai Desa Seni semakin ditegaskan dengan adanya sekolah menengah kesenian, yang mencakup sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR), dan Sekolah Menengah Industri Kerajinan (SMIK). Keterbukaan desa Batubulan di dalam perkembangan kepariwisataan yang ditunjang oleh keseniannya dan keberadaan lokasinya yang strategis telah menjadikan Batubulan sebagai Desa Wisata. Citra sebagai desa wisata sudah memiliki akar sejarah sejak masa sebelum kemerdekaan. Citra tersebut hingga kini semakin mantap baik pada tingkat Daerah, Nasional, maupun Internasional, dimana Batubulan sangat terkenal sebagai Obyek Wisata Tari Barong.

Desa Batubulan merupakan jalur perlintasan strategis antara Denpasar menuju Kota Gianyar. Di Sepanjang perjalanan dari Batubulan menuju Gianyar ada sekitar tiga desa, yang masing-masing membuat kerajinan khusus dan tertentu. Yang pertama adalah Celuk merupakan sebuah pusat untuk emas dan perak, ​​kemudian Sukawati yang juga membuat produk di antaranya adalah membuat payung kuil. Desa yang terakhir adalah Batuan yang seperti Ubud dan merupakan kawasan pusat lukisan. Dari Kota Denpasar, Batubulan berjarak sekitar 10 km atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, sedangkan jika wisatawan memulai perjalanan dari Pantai Kuta maupun kawasan Nusa Dua, dibutuhkan waktu kurang lebih 50 menit. Untuk memasuki desa wisata ini, wisatawan tidak dipungut biaya, hanya saja apabila wisatawan ingin menyaksikan pertunjukan kesenian, seperti Tari Kecak maupun Tari Barong, maka wisatawan akan dikenai biaya tiket.

Wisatawan dapat menyewa jasa penyedia travel untuk memudahkan perjalanan wisata ke desa ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap setiap pertunjukkan kesenian di Desa Batubulan maupun jadwal kunjungan ke berbagai art shop yang ada di desa ini. Selain menyaksikan pertunjukkn tari, salah satu agenda wisata yang biasa dilakukan oleh wisatawan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata yang dijual di toko-toko souvenir maupun galeri seni yang ada di sepanjang jalan Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa Batubulan.










Me and My Self

Halooo .... Kenalin namaku Vania Chandra Dewi, sering dipanggil Vania. Aku anak kedua dari 2 bersaudara. Aku lahir di Denpasar,14 Februari 1995 dan aku beragama Buddha. Aku tinggal di Jln. Batu Yang, Batubulan. Aku kuliah di Universitas Udayana jurusan pariwisata. Kenapa aku ngambil pariwisata? karena aku suka jalan-jalan dan dulunya aku juga sekolah pariwisata di SMK Pariwisata Harapan Denpasar. Ngomongin soal hobi, aku suka banget jalan-jalan, shopping, dengerin lagu, main game, tidur, makan, dan foto-foto. Aku gatau aku itu orangnya kayak apa, yang jelas aku itu orangnya moody banget. Banyak yang bilang aku itu orangnya judes, tapi sebenernya aku gak judes-judes amat kok. Di dunia ini emang gak ada satu orang pun yang sempurna, begitu juga sama aku, banyak banget kekurangan yang ada dalam diriku. Tapi itu semua gak penting buat aku, terserah orang mau menilai aku kayak apa. Yang jelas aku beruntung banget bisa lahir di dunia ini karena aku punya keluarga yang sayang sama aku, aku punya pacar yang super duper perhatian sama aku, aku punya 3 sahabat yang selalu ada buat aku, dan aku punya banyak anjing yang bisa aku ajak curhat di rumah setiap aku lagi kesepian.

Volver al inicio Volver arriba Vania Chandra Dewi. Theme ligneous by pure-essence.net. Bloggerized by Chica Blogger.